manajemen agribisnis

BAB I

PERANAN MANAJEMEN DALAM SISTEM AGRIBISNIS

 

  1. 1.      Definisi dan Unsur-unsur Manajemen Agribisnis

Downey dan Erickson, mendefinisikan manajemen sebagai seni untuk mencapai hasil yang diinginkan secara gemilang dengan sumberdaya yang tersedia bagi organisasi. Sementara itu, ahli lainnya mengartikan manajemen sebagai pencapaian tujuan yang diterapkan terlebih dahulu dengan menggunakan kegiatan orang lain. Manajemen itu, merupakan seni dan ilmu. Sebagai seni, manajemen berfungsi untuk mencapai tujuan yang nyata mendatangkan hasil atau manfaat. Sedangkan sebagi ilmu, manajemen berfungsi untuk menerangkan penomena-penomena, kejadian-kejadian dan keadaan yang memberi penjelasan.

Berdasarkan pengertian manajemen di atas maka untuk memahami manajemen perlu diketahui beberapa kata kunci sebagai berikut :

  1. Manusia yang melaksanakan manajemen. Kemampuan manusia untuk mencapai hasil melalui orang lain sangat penting manajemen yang baik.
  2. Seni. Oleh karena manajemen sangat terkait dengan manusia, setiap orang dapat menggunakan prinsip-prinsip manajemen untuk memelihara pertumbuhan dan kemajuan yang bersinambungan menuju potensi pengelolaan.
  3. Secara gemilang (berhasil). Manajemen yang baik harus berhasil memenuhi sasaran atau hasil yang diinginkan atau ditentukan sebelumnya.
  4. Sumberdata yang tersedia. Para manajer harus dapat menggunakan sumberdaya yang tersedia untuk menghasilkan pendapatan yang tinggi.

Ada empat ciri pokok kegiatan manajemen, yaitu (a) berorientasi pada tujuan, (b) melibatkan banyak orang, (c) menggunakan teknik-teknik tertentu, dan (d) dilaksanakan dalam satu organisasi, baik formal maupun non formal.

 


  1. 2.      Ciri Khas Manajemen Agribisnis

Manajemen dalam organisasi bisnis merupakan arah dari perusahaan termasuk di dalamnya menentukan tujuan akhir, merencanakan pekerjaan yang harus dikerjakan, ????????????????????????????????

 

Karena hubungan yang sangat erat dan saling bergantung antara agribnisnis dengan para petani, dan karena sifat alami musim tanam dan panen.

  1. Agribisnis sangat berkaitan dengan gejala alam, seperti banjir, kekeringan, hama penyakit, yang merupakan ancaman yang tetap terhadap agribisnis. Semua orang, dari pengusaha bank sampai pembuat bahan kimia merasa prihatin dengan cuaca.
  2. Dampak dari program dan kebijakan pemerintah mengena langsung kepada agribisnis. Harga gabah misalnya, sangat dipengaruhi oleh peraturan pemerintah.

Masing-masing dari kekhususan yang menonjol pada dunia agribisnis ini, mengharuskan para manajer menggunakan cara yang khusus. Agribisnis bersifat unik dan membutuhkan kemampuan dan keahlian yang unik dari manajernya.

 

  1. 3.      Langkah-langkah dalam Proses Manajemen.

Untuk satu jenis usaha yang berhasil, ada 14 proses manajemen yang sudah lazim dikenal yang merupakan komponen-komponen sistem manajemen. Ke-14 langkah tersebut adalah :

  1. Menetapkan sasaran. Menetapkan bidang atau kegiatan perusahaan yang bersangkutan mutlak diperlukan.
  2. Merencanakan strategi. Mengembangkan konsep-konsep, pemikiran-pemikiran dan rencana-rencana untuk mencapai sasaran, sekaligus menghadapi dan menetapkan persaingan.
  3. Menentukan tujuan akhir. Apa hasil yang diharapkan dalam jangka pendek secara lebih rinci sesuai dengan sasaran-sasaran jangka panjang yaang menetukan rencana operasional dalam implementasi strategi.
  4. Mengembangkan falsafah perusahaan. Mengariskan kepercayaan, nilai-nilai dan petunjuk tak tertulis, sebagai pelengkap untuk cara yang berlaku di perusahaan.
  5. Menggariskan kebijakan. Menetapkan rencaana pelaksanaan untuk membimbing kegiatan-kegiatan utama demi terlaksananya strategi sesuai dengan falsafah pengusaha.
  6. Merencanakan struktur organisasi. Menyusun rencana organisasi yaitu tali kendali yang menyeragamkan arah tindakan sesuai strategi, falsafah dan kebijakan yang telah ditetapkan.
  7. Menyiapkan personalia. Pengajuan, seleksi dan pengembangan orang-orang yang diperlukan, termasuk pengembangan bakat yang diperlukan, untuk mengisi lowongan yang disediakan oleh bagan organisasi yang diperlukan.
  8. Menetapkan tatalaksana atau prosedur. Menggariskan cara-cara untuk melaksanakan pekerjaan yang dianggap penting.
  9. Menyediakan sarana-sarana. Mengadakan pabrik, peralatan, dan berbagai fasilitas lain yang perlu untuk melaksanakan usaha tersebut.
  10. Menyediakan modal. Meyakinkan tersedianya modal yang dibutuhkan usaha tersebut, termasuk pinjaman dari luar, jika diperlukan untuk fisik serta modal kerja yang diperlukan.
  11. Menetapkan standar-strandar. Menetapkan cara-cara penilaian hasil pekerjaan yang membantu tercapainya tujuan jangka panjang perusahaan yang bersangkutan.
  12. Menetapkan program-program manajemen dan rencana operasional. Mengembangkan program-program dan rencana yang mengatur kegiatan serta penggunaan sumberdaya untuk mencapai sasaran-sasaran tersebut, berdasarkan strategi, kebijakan, tatacara serta standar yang telah digariskan.
  13. Memperoleh informasi untuk pengawasan. Menyediakan fakta untuk membatu yang berkepentingan mungkin strategi, kebijakan, tatalaksana dan progam yang yang telah ditetapkan.
  14. Menggerakkan orang-orang. Memerintah dan memotifasi orang-orang disegala tingkat jabatan yang ada, sesuai dengan falsafah, kebijakan, tatalaksana dan standar untuk tugas masing-masing sesuai dengan rencana perubahan yang bersangkutan.

 

  1. 4.      Fungsi-fungsi Manajemen

Manajemen sebagai suatu sistem, menjalangkan berbagai maacam fungsi. Ada lima fungsi manajemen dan dua fungsi lain yang dapat ditambahkan. Fungsi-fungsi manajemen tersebut, harus dipandang sebagai suatu kesatuan yang utuh, sehingga sering dilukiskan sebagai roda. Kelima fungsi manajemen tersebut adalah jari-jari yang menghubungkan manajer dengan tujuan dan hasil yang ingin dicapai. Fungsi-fungsi manajemen yang dumaksud akan diuraikan di bawah ini.

  1. Fungsi Perencanaan

Di dalam tubuh manajemen, perencanaan merupakan otot dan urat, yaitu dari pengelola yang menimbulkan gerakan ke arah yang diinginkan. Secara perencanaan dapat didefinisikan sebagai pemikiran yang mengarah ke masa depan menyangkut rangkaian tindakan berdasarkan pemahaman penuh terhadap semua faktor yang terlibat dan diarahkan kepada sasaran khusus.

Definisi tersebut di atas, mengandung unsur-unsur (a) terlihat sebagai pemikiran ke masa depan, yang berarti bahwa hanya melihat ke depan, (b) menyangkut rangkaiaan tindakan, yang berarti mengembangkan alternatif atau metode untuk maju terus, (c) berdasarkan pemahaman penuh terhadap semua faktor yang terlihat, dan (d) diarahkan pada sasaran khusus, unsur yang paling sering diabaikan. Atau dengan kata lain berjalan menuju sasaran yang ingin dicapai oleh tindakan yang di dasarkan pada pemikiran yang yang mengerah ke depan.

Proses perencanaan, dimulai dari penetapan sasaran. Sasaran adalah pernyataan yang dikembangkan oleh pimpinan puncak, dewan direksi dan eksekutif kepala guna menentukan apay yang mereka yakni sebagai misi organisasi. Dengan demikian sasaran merupakan target yang akan dicapai oleh tujuan (goal). Sasaran yang baik, khusus (a) menyatakan pedoman yang harus ditempuh agribisnis, (b) memberi pedoman menganai tujuan dan hasil bagi setiap unit atau orang, (c) memberikan penilaian atas hasil yang disumbangkan  oleh setiap unit atau orang, (d) menyokong keberhasilan pelaksanaan kerja seluruh organisasi, dan (e) menetapkan falsafah dan citra yang diinginkan organisasi. Sasaran harus bercakupan yang luas, berjangka panjang luwes dan tidak dapat berorientasi pada waktu.

Ada enam langkah dalam proses perencanaan, yaitu

  1. mengumpulkan fakta dan informasi yang berkaiatan dengan situasi
  2. menganalisis situasi dan maslah yang terlibat,
  3. memperkirakan perkembangan di masa yang akan datang,
  4. menetapkan tujuan, sebagai patokan untuk sasaran yang dicapai,
  5. mengembangkan alternatif untuk arah tindakan dan memilih alternatif yang paling sesuai,
  6. mengembangkan wahana untuk mengevaluasi kemajuan, dan mencocokkan kembali pandangan seseorang serentak dengan berlangsungnya perencanaan.

Sesungguhnya fungsi perencanaan bukan hanya seperti yang disebutkan di atas, tetapi fungsi perencanaan juga sudah termasuk dalam penetapan budget. Fungsi perencanaan termasuk budgeting, merupakan fungsi manajemen dalam menetapkan tujuan yang ingin dicapai suatu organisasi agribisnis, menetapkan peraturan-peraturan dan pedoman pelaksanaan yang harus dituruti, menetapkan ikhtiar biaya yang diperlukan dan pemasukan yang diharapkan akan diperoleh dan rangkaian tindakan yang akan dilakukan di masa mendatang.

 

 

  1. Fungsi Pengorganisasian

Pengorganisasian merupakan kerangka kerja tempat manajemen dibangun. Semua bisnis, umumnya memiliki struktur organisasi dalam pelaksanaannya. Setelah ada rencana, diadakan pengaturan dan penentuan tentang tugas atau pekerjaan, termasuk tentang penentuan orang yang akan diperkerjakan, alat-alat yang akan digunakan, dan modal kerja serta fasilitas-fasilitasnya. Sebagai fungsi pengorganisasian, diadakan pembagian tugas, baik macam maupun sifat tugasnya, sehingga dapat diupayakan petugas-petugas yang cakap. Secara lebih rinci dapat dikatakan bahwa pengorganisasian meliptui usaha untuk (a) menetapkan struktur, (b) menetapkan pekerjaan yang harus dilakukan, (c) memilih, menempatkan dan melatih keryawan, (d) merumuskan garis kegiatan, dan (e) membentuk sejumlah hubungan di dalam organisasi dan kemudian menunjuk stafnya.

 

  1. Fungsi Pengarahan

Fungsi pengarahan dapat diartikan sebagai tugas untuk membuat organisasi tetap hidup dan untuk menciptakan kondisi yang menumbuhkan minat kerja, kekuatan bertindak, pemikiran yang imajinatif dan kelompok kerja yang berkelanjutan. Pengarahan ditujukan untuk menentukan kewajiban dan tanggung jawab, menentukan hasil yang harus dicapai, mendeleasikan wewenang yang diperlukan, menciptakan hasrat untuk berhasil, dan mengawasi agar pekerjaan benar-benar dilaksanakan sebagaimana mestinya.

 

  1. Fungsi Koordinasi

Koordinasi merupakan daya upaya untuk menyelaraskan dan menyatukan tindakan-tindakan sekelompok manusia. Koordinasi merupakan otak dalam batang dari keahlian manusia. Jika seorang manajer menemukan kesulitan yang berkelanjutan dalam koordinasi maka ia harus mencurigai kelemahan program perencanaan. Pengorganisasian dan pengarahan.

 

  1. Fungsi Pengendalian

Pengendalian mengurangi informasi yang memonitor rencana dan proses untuk peyakinkan bahwa selaras dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya, dan memberi peringatan bila perlu tindakan pemulihan dapat dilakukan. Di dalam batang tubuh pengetahuan manajerial, pengendalian merupakan sistem syaraf  yang melaporkan fungsi dan bagian-bagian tubuh kepada keseluruhan sistem. Pengendalian memerlukan informasi dan pengetahuan yang berarti.

Untuk melaksanakan fungsi-fungsi kegiatan di atas, memerlukan sumberdaya atau sarana pendukung. Sarana tersebut terdiri atas kerja manusia (men), uang (money), cara untuk mencapai tujuan (methods), bahan (material), alat (machine) dan pasar (market) sebagai tempat untuk menjual hasil produksi. Tanpa adanya sarana-sarana tersebut, manajemen tidak akan dapat mencapai tujuan atau fungsinya. Kebutuhan dari sarana ini, sangat bergantung pada jenis usahanya.

 

  1. 5.      Aspek-aspek yang Perlu Manajemen.

Tiga aspek penting dalam beragribisnis yaitu produksi, pemasaran dan keuangan. Ketiganya saling menunjang dan saling tergantung.

  1. a.         Manajemen Produksi

Merupakan proses kegiatan manajemen yang terapkan dalam bidang produksi. Manajemen produksi ini mencakup, perencanaan sistem produksi dan pengendalian produksi. Termasuk juga, pengambilan keputusan dalam bidaang persiapan produksi, proses produksi. Manajemen yang tepat diperlukan dalam bidang ini agar perumusan tidak hanya sekedar mampu berproduksi, tetapi lebih dari itu yaitu perusahaan agar mampu berproduksi secara efesien.

  1. b.         Manajemen Pemasaran

Tanpa adanya kegaiatan pemasaran, produk dari suatu perusahaan tidak akan dapat memasuki pasar dengan lancar. Dengan kata lain, produk akan menumpuk harga jatuh, dan pada akhirnya perusahaanlah yang akan menanggung segala akibatnya.

  1. c.         Manajemen Keuangan/Permodalan

Dalam suatu perusahaan masalah keuangan tidak kalah pentingnya dengan aspek produksi dan pemasaran. Kesalahan penanganan keuangan akan membuat langkah produksi dan pemasaran akan menjadi pincang atau bahkan tidak dapat berjalan sama sekali. Salah satu yang tercakup dalam masalah keuangan adalah modal.

 

*) Direview dari buku Manajemen Agribisnis oleh Downey dan Erickso dan buku Pengantar Manajemen Agribisnis oleh Silverius Leki buku Pengantar Agribisnis oleh Renville Siagian

 

————————————————–

 

Daftar Pustaka

 

Burhan, 1989. Perencanaan Strategi. Seri Manajemen No. 93. jakarta : Pustaka Binamo Pre1ssindo.

 

Downey, E.D. dan S.P. Ericson, 1992. Manajemen Agribisnis. Edisi Kedua. Jakarta : Erlangga. 1

 

Manulang, M. 1991. Pengantar Ekonomi Perusahaan. Edisi Revisi. Cetakan Kelimabelas. Yogyakarta: Libarty

 

Ruhardi, F.R.N. Setyowati dan I. Satyawibawa, 1995. Agribisnis Tanaman Perkebunan Jakarta: Penebar Swadaya.

 

Renville Siagian, 1997. Pengantar Manajemen Agribisnis, Penerbit Gadjah Mada Univercity Press, Yogyakarta.

 

 

 

BAB VII ORGANISASI DALAM SISTEM AGRIBISNIS

 

Setelah mempelajari materi ini mahasiswa diharapkan mampu :

  1. 1.      Menjelaskan bantuk Dasar Agribisnis
  2. 2.      Menjelaskan Alat Bantu Dalam Pengambilan Keputusan.

 

 

 

 

 

 

 

BAB VII

ORGANISASI DALAM SISTEM AGRIBISNIS  *)

 

Dalam perencanaan usaha agribisnis, bentuk organisasi sangat menunjang keberhasilan suatu usaha. Bentuk organisasi ini adalah wadah atau tempat mengelola usaha-usaha agri-bisnis, apakah dalam usaha agroinput, usahatani, pengolahan dan pemasarannya.

Berdasarkan pemilihan ada empat bentuk dasar (organisasi yaitu:

  1. Perusahaan Perorangan

Perusahaan perorangan atau pribadi, merupakan organisasi yang dimiliki dan dikendalikan oleh satu orang. Bentuk organisasi ini mempunyai keunggulan dan kelemahan.

Keunggulan bentuk organisasi perorangan adalah :

  1. Pemilik perorangan memegang kendali penuh atas bisnisnya, baik mengenai rencana, program, model kebijakan dan keputusan manajemen.
  2. Organisasi bisnis ini merupakan organisasi termurah, sederhana, bersifat rahasia dan luwes.
  3. Perusahaan tidak membayar pajak penghasilan sebagai bisnis, tetapi hanya membayar pajak pengahsilan pribadi.

Sementara itu, kelemahannya antara lain :

  1. Karena keterbatasan modal maka pemberian pinjaman enggan diberikan.
  2. Tarif pajak yang dikenai melebihi tarif pajak perseroan karena keuntungan bisnis dianggap keuntungan pribadi.
  3. Pemusatan kendali bergantung pada satu individu sehingga apabila penilaian tersebut tidak cakap akan berakibat tersebut hancur.

 

  1. Persekutuan (Partnership)

Persekutuan merupakan asosiasi atau perhimpunan dari dua orang atau lebih sebagai pemilik bisnis. Persekutuan ini, merupakan bentuk organisasi bisnis yang dibentuk oleh sejumlah orang untuk mengumpulkan sumberdaya dan bakat demi keuntungan bersama. Organisasi ini terkait dengan perjanjian tertulis, lisan ataupun dengan kontrak.

Ada dua jenis persekutuan yaitu (1) Persekutuan Umum (General partnership). Dalam persekutuan ini, masing-masing sekutu (pemilik saham) tanpa memperhitungkan presentase modal yang ditanamkan, mempunyai hak dan kewajiban yang sama.

Masing-masing sekutu menanggung semua hutang persekutuan dan labanya dibagi merata untuk semua sekutu, (2) Persekutuan Terbatas. Persekutuan ini terdiri atas dua atau lebih sekutu di atas sekutu. Ada seorang sekutu umum yang bertanggung jawab atas kegiatan bisnis. Setiap sekutu mempunyai kewajiban masing-masing tergantung dari investasi yang diberikan terhadap usaha bisnis tersebut. Setiap sekutu dapat menyetor modal, tetapi tidak bekerja. Sekutu ini tidak boleh memakai nama keluarga.

Setiap perusahaan perorangan, persekutuan juga mempunyai keunggulan dan kelemahan. Keunggulan antara lain:

  1. Mempunyai sumberdaya yakni modal tenaga kerja lebih dari usaha perorangan.
  2. Sekutu-sekutu merupakan satu tim, sehingga setiap sekutu mempunyai tanggung jawab masing-masing dan masalah ditanggung bersama.
  3. Pajak dikenakan berdasarkan penghasilan setiap sekutu (keuntungan persekutuan( sedangkan organisasi tersebut tidak dikenai pajak.
  4. Kerahasiaan bisnis ditanggung bersama sehingga persoalan yang ada di dalam bisnis hanya persektuan saja yang mengetahui.

Namun, kelemahannya adalah:

  1. Kewajiban tidak terbatas dari sekutu umum, artinya bila seseorang bertindak sedang tindakan tersebut mempunyai masalah maka semua orang atau semua sekutu yang ada di dalam bisnis ini, akan bertanggung jawab terhadap masalah tersebut.
  2. Kurangnya kesinambungan dan kestabilan yaitu apabila sekutu meninggalkan persekutuan karena mengundurkan diri atau meninggal maka persekutuan akan dibuat lagi.
  3. Kontrak perjanjian tidak jelas atau tidak konsisten.

 

  1. Perseroan (badan Hukum)

Perseroan adalah suatu usaha yang berbadan hukum yangh pemiliknya terdiri atas satu atau lebih tergabung untuk mendirikan perseroan. Pemilik (pemegang saham) dan para manajer tidak dapat memiliki sesuatu secara langsung, tetapi semua aktiva (aset) perseroan dimiliki oleh hukum itu sendiri.

Pembentukan perseroan dimulai dari pengisian formulir, kemudian diperiksa oleh bagian pembentukan perseroan. Apabila formulir dan biaya-biaya untuk pembentukan perseroan telah dipenuhi maka terbitlah perseroan dengan persyaratan sebagai berikut:

  1. Harus ada anggaran dasar yang isinya menyangkut tujuan perseroan dan cara-cara pembiayaan.
  2. Harus ada anggaran rumah tangga yang isinya meliputi struktur organisasi, pembagian tugas, prosedur pemungutan suara, prosedur pembubaran, jumlah investasi para pemilik seham dan lain-lain yang berhubungan dengan operasional usahanya.

1)      Saham Perseroan.

Pada saat perseroan didirikan, saham modal (shares of stock) dijual kepada para peminat yang tertarik untuk menanam dan merisikokan uangnya di dalam perusahaan. Ada beberapa jenis saham antara lain, (a) Saham modal, adalah secarik kertas atau surat, yang bentuknya ditetapkan secara resmi guna mewakili jumlah pemilikan (modal) setiap pemegangnya pada perseroan bersangkutan, (b) saham biasa (common stock) yaitu memiliki hak istimewa dalam pemungutan suara untuk memilih dewan direktur yang mengawasi kegiatan perseroan, (c) Saham istimewa (preferen stock) yaitu tidak memiliki hak suara, tetapi mempunyai posisi istimewa yakni didahulukan dalam penerimaan dividen dan dilunasi terlebih dahulu jika terjadi likuidasi. Hak pemungutan suara titukar dengan risiko penanaman modal yang kecil.

2)      Cara Kerja Perseroan

Cara kerja perseroan adalah (a) para pemegang saham, memilih direktur perseroan (direktur dapat lebih dari satu, bergantung pada anggran rumah tangga yang bersangkutan), (b) direktur memilih para pejabat (officers) dan para manajer, dan (c) untuk perseroan kecil, hanya ada satu direktur untuk mengawasi perseroan sepenuhnya.

Perseroan memiliki keunggulan antara lain:

  1. Para pemegang saham, tidak secara pribadi menanggung utang-utang organisasi dan tidak bertanggung jawab atas sesuatu yang terjadi dalam perseroan.
  2. Pemindahan pemilikan saham lebih mudah yaitu dengan jalan menjual saham sesuai harga yang dikehendaki pembeli.
  3. Karena pemilikan saham diperdagangkan secara bebas, maka perseroan tersebut meningkat modal tetapnya dalam jumlah besar.
  4. Eksstensi perseroan relatif lebih stabil dan lebih permanen. Misalnya, jika pemimpin meninggal atau hilang maka perusahaan atau persroan dapat berjalan dan melaksanakan usahanya.
  5. Pemiliki mendelegasikan kekuasaan kepada menejer profesional, yang merupakan spesialis.

Sedangkan keburukannya antara lain:

  1. Kelemahan yang umum adalah terletak pada perpajakan dan peraturan yang dikeluarkan oleh orang yang berkepentingan (pemerintah),
  2. Pajak dikenakan terhadap perseroan sesuai dengan laba yang diteri dan pajak juga dikenakan kepada pemilik saham setelah mendapat deviden,
  3. Undang-undang untuk perseroan adalah manajemen harus tranparan, sehingga tidak menjamin kerahasiaan perseroan,
  4. Mendirikan sebuah persroan memerlukan biaya lebih besar ketimbang mendirikan sebuah persekutuan (kongis).

 

3)      Proses Pengambilan Keputusan

Pengambilan keputusan yang profesional merupakan suatu proses yang sistematis yang harus melalui beberapa tahapan, yaitu:

  1. Mengidentifikasi masalah. Pada tahap ini harus dapat dibedakan antara gejala dengan masalah yang sesungguhnya terjadi. Mengetahui masalah dengan jelas maka pemecahan akan lebih mudah.
  2. Iktiar fakta, adalah mencari informasi yang berhubungan dengan permasalahan dan pemecahannya. Informasi yang hendaknya diketahui adalah informasi yang mempunyai fakta-fakta yang dapat mempengaruhi hasil.
  3. Penataan alternatif, dimaksudkan untuk mengumpulkan dan mengindentifikasi alternatif-alternatif pemecahan masalah yang layak dipertimbangkan.
  4. Analisis yaitu mempertimbangkan mengenai rugi laba untuk setiap alternatif, baik untuk tujuan jangka panjang maupun tujuan jangka pendek.
  5. Tindakan, yaitu melaksanakan tindakan yang paling layak sampai berhasil.

 

4)      Alat-alat Pengambilan Keputusan

Salah satu tahap yang dilakukan seorang manajer agribisnis dalam pengambilan keputusan adalah dengan mengalisis alternatif keputusan. Alat mengalisis alternatif keputusan antara lain analisis volume-biaya (break even point) dan analisis Investasi Penanaman Modal.

 

  1. Analisis Volume Biaya

Analisis Volume Biaya merupakan alat untuk menguji hubungan antara biaya dan volume bisnis yang dilakukan. Dengan perkataan lain, alat ini menganalisis perbedaan jenis biaya yang dibebankan oleh setiap agribisnis dan bagaimana mereka dipengaruhi oleh bisnis yang dilakukan.

Adapun jenis biayanya adalah biaya tetap dan biaya variabel serta biaya semi variabel. Biaya tetap adalah biaya yang tidak berubah karena volume bisnis atau volume biaya tetap selalu konstan bergantung dari volume penjualn. Sedangkan biaya variabel atau biaya tidak tetap, adalah biaya yang berubah secara langsung sesuai dengan volume penjualan. Biaya semi variabel adalah sebagai biaya tetap dan sebagai biaya variabel. Misalnya rekening listrik, biaya bebannya merupakan biaya tetap,m sedang tanbahan biaya bebanya termasuk biaya variabel. Jenis biaya ini sangat bergantung pada panjang suatu periode.

Prosedur analisis Biaya-volume (titik impas) adalah (a) mengindentifikasikan biaya tetap dan biaya variabel, berdasarkan pembukuan atau daftar akuntasi, (b) mengkhitiarkan biaya tetap dan biaya variabel, (c) menghitung kontribusi terhadap overhead (KTO = harga jual per unit biaya variabel) dan (d) menghitung titik impas, dengan formula :

T I = biaya tetap/KTO

 

  1. Analisis Investasi barang Modal.

Investasi Barang Modal merunjuk pada pembelian peralatan atau fasilitas yang biasanya memerlukan modal kas yang relatif besar dan akan digunakan dalam periode yang sangat panjang. Misalnya: truk, peralatan dan saran pergudangan.

Adapun metode dalam pengambilan keputusan investasi barang modal antara lain :

  1. Metode Rasa Butuh

Metode ini timbul karena adanya tekanan yang sedang dihadapi. Jadi metode ini merupakan suatu tindakan yang tiba-tiba sehingga keptusan yang biasa diambil tidak berdasarkan pertimbangan yang matang dan ini dapat mengakibatkan ketidakberhasilannya menjadi sangat besar.

  1. Metode Periode Impas atau Pemilihan.

Metode periode impas adalah jangka waktu yang diperlukan investasi untuk menghasilkan tambahan laba yang memadai guna menutupi biaya investasi itu sendiri. Metode ini digunakan oleh manajer bisnis untuk membandingkan alternatif investasi yang akan melunasi biaya-biaya investasi awal dalam periode yang paling pendek.

 

BAB VIII

MANAJEMEN RISIKO DAN KETIDAKPASTIAN AGRIBISNIS

 

Tujuan Instruksional Khusus

Setelah memeplajari materi mahasiswa diharapkan mampu untuk :

  1. menjelaskan pengertian-pengertian dasar tentang risiko dan ketidakpastian,
  2. menjelaskan klasifikasi tentang risiko,
  3. menerangkan sebab-sebab adanya risiko,
  4. menerangkan proses manajemen risiko,
  5. menjelaskan pandangan terhadap perilaku produsen dalam menghadapi risiko.

 

  1. 1.      Penegrtian Dasar Risiko.

Sepintas lalu risiko dan ketidakpastian tampaknya mudah dimengerti. Jika dikatakan suatu usaha mengandung risiko berarti bahwa sutau kejadian negatif mungkin akan menimpa usaha tersebut. Risiko dan ketidak pastian menjabarkan suatu keadaan yang memungkinkan adanya berbagai macam hasil usaha dari berbagai macam akibat dari usaha-usaha tertentu. Perbedaan dari risiko dan ketidakpastian adalah bahwa risiko menjabarkan keadaan yang hasl dan akibatnya suatu penjabaran kemungkinan yang diketahui. Sedangkan ketidakpastian menunjukan keadaan yang hasil dan akibatnya tidak bisa diketahui.

Untuk lebih mempermudah mempelajari manajemen risiko diperlukan definisi yang jelas dan lengkap antara lain :

  1. Risk is the chance of loss risiko adalah kesempatan timbulnya kerugian.
  2. Risk is the Probability of loss (risiko adalah kemungkinan timbulnya kerugian).
  3. Risk is ancertainty (risiko adalah ketidak pastian).
  4. Risk is the dispersion of actual from expected result (Risiko adalah penampungan hasil aktual dari hasil yang diharapkan).
  5. Risk is the probability of any outcomes defferent from the one expectet risiko adalah probabilitas suatu hasil berbeda dari hasil yang diharapkan.

Konsep lain yang berkaitan dengan risiko adalah peril (bencana) Hazard (bahaya) Peril adalah suatu peristiwa yang dapat menimbulkan kerugian dan Hazard (bahaya) adalah suatu keadaan yang dapat memperbesar kemungkinan terjadinya suatu peril alan change og loss. Ada 3 tipe Hazard yaitu :

  1. Phyuical hazard : karakterestik suatu obyek yang memperbesar kemungkinan terjadinya suatu peril.
  2. Moral hazard : suatu kejadian pada seseorang yang berkaitan dengan sikap mental serat kebiasaan yang memperbesar terjadinya peril.
  3. Legal hazard : karakterestik suatu obyek yang seringkali memanfaatkan belum adanya peraturan perundang-undangan yang bertujuan melindungi masyarakat.

Dengan demikian Hazard adalah hal yang menambahkan kemungkinan terjadinya Peril, sedangkan peril itu sendiri adalah yang menimbulkan losses.

Sedangkan pengertian tentang manajemen risiko adalah fungsi dari pimpinan pelaksana dalam mengelola risiko khususnya yang dihadapi dalam usaha di bidang agribisnis.

 

  1. 2.      Klasifikasi Risiko.

Secara garis besar risiko dibagi dua yaitu risiko dinamis dan risiko statis.

            Risiko Dinamis

Risiko Dinamis adalah risiko yang timbul karena dinamika atau perubahan keadaan ekonomi. Misalnya tingkat harga, selera dan teknologi. Risiko Dinamis terdiri dari 3 kategori yaitu risiko manajemen, risiko politik dan risiko inovasi.

  1. Risiko Manajemen; terdiri atas  :  
  • Risiko pasar
  • Risiko keuangan
  • Risiko produksi
  1. Risiko Politik : timbul karena perubahan kebijakan
  2. Risiko Inovasi : timbul karena perubahan terhadap penggunaan inovasi harga.

 

            Risiko statis

Risiko statis yaitu risiko yang timbul dalam keadaan ekonomi statis. Yang dapat dibedakan ke dalam beberapa golongan yaitu :

  1. Risiko fundamental (menyangkut rakyat banyak) dan risiko khusus (mengkut individu-individu).
  2. Risiko murni dan risiko spekulatif.
  3. Risiko perorangan dan Risiko Kebendaan.

 

  1. 3.      Pengelolaan risiko

Pengelolaan risiko pada pokoknya merupakan proses yang mengandung tahapan sebagai berikut :

  1. Pengenalan risiko yang dihadapi
  2. Pengukuran frekuensi dan kehebatan risiko yang dihadapi
  3. Pengendalian risiko yang dihadapi

 

  1. 4.      Proses manajemen Risiko

Proses manajemen risiko dapat dibagi dalam tahap-tahap sebagai berikut :

  1. Identifikasi risiko
  2. Penilaian risiko
  3. Penghapusan risiko
  4. Pengurangan risiko
  5. Pembatasan risiko
  6. Pemindahan risiko

Dalam tahap-tahap tersebut di atas poin a dan b merupakan tahap analisis risiko. Sedangkan poin c sampai f merupakan tahap pengawasan. 

 

  1. 5.      Tujuan Manajemen Risiko. Tujuan manajemen risiko adalah :
  1. Berusaha agar perusahaan tetap hidup;
  2. Memberikan rasa aman pada manajer usahataninya/pengusaha;
  3. Biaya manajemen risiko yang rendah dan keuntungan lebih tinggi;
  4. Pendapatan lebih stabil dan wajar;
  5. Relatif rendah gangguan kegiatan;
  6. Ada kesinambungan perkembangan kegiatan usahatani.

Berusaha dibidang pertanian (agribisnis) merupakan pilihan usaha yang banyak mengalami kendala terhadap risiko dan ketidakpastian. Pada dasarnya risiko dan ketidakpastian dalam agribisnis kadang-kadang sulit untuk dipisahkan secara jelas dan tegas. Berusaha di bidang agribisnis lebih banyak menghadapi risiko dan ketidak pastian dibanding usaha industri lainnya karena :

  1. Proses Produksi banyak dipengaruhi oleh kondisi alam atau iklim, dimana perkembangan perubahan iklim kadang penuh dengan ketidakpastian (sulit diduga).
  2. Produk pertanian umumnya tidak tahan lama dalam penyimpanan dan mudah susut.  Untuk lebih tahan lama perlu perlakuan khusus yang umumnya membutuhkan tambahan biaya yang relatif besar.
  3. Lokasi usahatani, umumnya masih terpencar-pencar dengan luas usaha yang relatif sempit, dan masih berorintasi subsistem dan komoditi yang diusahakan belum berorintasi pada kebutuhan pasar.
  4. Harga komoditi pertanian memiliki fluktuasi yang cukup besar.
  5. Produksi yang dihasilkan masih bersifat musiman tidak kontinu baik dalam hal kuantitas maupun kualitas.

Kondisi tersebut di atas inilah yang menyebabkan perkembangan kegiatan agribisnis relatif sangat lambat dibanding usaha industri non pertanian serta kegiatan agribisnis kurang diminati oleh para pengusaha, karena mengandung risiko dan ketidak pastian yang besar baik risko terhadap prolduksi maupun risiko investasi (keunangan).

Akibat dari kemungkinan-kemungkinan terjadinya kerugian baik yang dapat diduga maupun yang tidak dapat diduga, maka pandangan terhadap risiko dapat mempengaruhi perilaku petani produsen atau pengusaha agribisnis.

Penelitian manyakut perilaku produsen terhadap risiko telah banyak dilakukan baik oleh para pakar di dalam negeri maupun dari luar. Tentang perilaku produsen terhadap risiko, maka ada tiga pandangan yaitu :

  1. Risk averter (enggan atau menolak risiko);
  2. Risk neutral (netral terhadap risiko); dan
  3. Risk Lover (beranio mengambil risiko).

Agar lebih jelas memahami menyangkut manajemen risiko dan ketidakpastian dalam agribisnis maka disarankan untuk mempelajari beberapa referensi di bawah ini :

  1. Risiko dan ketidakpastian dalam agribisnis, Teori dan Aplikasi, oleh Soekartawi; Rusmadi dan Elfi Damaijati, Penerbitn PT. Raja Grafindo Persada Jakarta.
  2. Keungan Pertanian dan Pembiayaan Perusahaan Agribisnis, oleh halimah W. Hadarsan, Bagian II Halaman 154 – 186. penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama jakarta.
  3. Manajemen Risiko dan Agribisnis. Oleh Ferdinand Silalahi, Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama jakarta.
  4. Ilmu Usahatani dan Penelitian untuk Pengembangan Petani Kecil. Oleh Soekartawi, dkk Bab 8, halaman 233 – 253. Penerbit UI-Press, jakarta.

 

Pertanyaan untuk didiskusikan :

  1. 1.      Jelaskan Pengertian-pengetian dasar tentang risiko dan ketidakpastian,
  2. 2.      Jelaskan klasifikasi tentang risiko;
  3. 3.       Terangkan sebab-sebab adanya risiko.
  4. 4.      Terangkan proses manajemen risiko.
  5. 5.      Jelaskan pandangan terhadap perilaku produsen dalam menghadapi risiko.


BAB IX

MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA DALAM AGRIBISNIS

Tujuan Instruksional Khusus

Setelah mempelajari materi ini, mahasiswa diharapkan mampu :

  1. 1.       menyebutkan fungsi-fungsi personalia dalam manajemen personalia di bidang agribisnis,
  2. 2.       menyebutkan prosedur terbaik memilih tenaga kerja di bidang agribisnis,
  3. 3.       menjelaskan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelatihan dan pengembangan karyawan agar menjadi karyawan yang produktif dalam manajemen personalia.

 

Perencanaan menyangkut sumberdaya manusia merupakan bagian penting dalam agribisnis dan sebagai kontributor pada proses perencanaan strategis. Oleh karena itu pengelolaan sumberdaya manusai dalam agribisnis mempunyai banyak dimensi, karena pertama kali melibatkan keseluruhan fungsi personalia, yaitu :

  1. Perekrutan,
  2. Pengangkutan,
  3. Pelatihan Pengevaluasian,
  4. Pengajuan Promosi,
  5. Pengelolaan balas jasa dan tunjangan.

Selain menangani fungsi formal di bidang personalia manajemen juga mengembangkan struktur organisasi berupa :

  1. tanggung jawab (responsibility),
  2. authority, dan
  3. tanggung gugat (accauntability) perorangan,

ketiganya harus dirumuskan dengan jelas.

 

Beberapa prosedur terbaik dalam memilih tenaga kerja di bidang agribisnis antara lain dengan :

  1. menetapkan jenis pekerjaan yang harus dilakukan,
  2. tingkat kualitas bagaiaman diharapkan dari orang yang akan diterima,
  3. bagaimana mencari orang dengan kualitas demikian,
  4. pelihlah orang yang terbaik (memenuhi syarat),
  5. perkenalkan pada kondisi perusahaan dan bidang kerja yang harus dipikulnya.

Secara singkat dapat disusun sebagai berikut:

 

  1. Rencana kebutuhan akan tenaga kerja:

v  Bagaimana melaksanakan perencanaan tenaga kerja

v  Bagaimana menyiapkan spesifikasi kerja

  1. Dapatkan tenaga kerja baru dengan cara :

v  Orang-orang berkualifikasi dari dalam perusahaan promosi,mutasi, peningkatan mutu karyawan

v  Tenaga kerja dari perusahaan saingan

v  Organisasi lain dari induatri,

v  Lembaga pendidikan

  1. Penerimaan tenaga kerja baru dengan cara (metode)

v  Penjajaganke Sekolah/Instansi,

v  Iklan di surat kabar/majalah, radio, TV, selebaran, dsb.

v  Agen penyediaan tenaga kerja, dan

v  Refleksi dari keryawan perusahaan.

Dalam penerimaan tenaga kerja baru melalui prosedur seleksi maka selain penerimaan (recruiting) juga yang penting penyeleksian orang yang dibutuhkan sesuai keinginan.

 

  1. Menyeleksi tenaga kerja untuk pekerjaan yang ada, dapat dilakukan dengan cara :

–          wawancara, Tes calon keryawan (profesi, keahlian, bakat, kegemaran, kepribadian), pemeriksaan referensi, tes kesehatan, kemudian baru memutuskan untuk diterima.

  1. Memperkenalkan karyawan baru kepada pekerjanya.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelatihan dan pengembangan karyawan agar menjadi karyawan yang produktif dalam manajemen personalia adalah :

  1. Kebutihan akan pelatihan,
  2. Metode pelatihan, (Job training, magang, intership, pelatihan di luar),
  3. Menetapkan harga pembayaran (upah, waktu kerja, kemampuan pembayaran, dsb), dan
  4. Aspek lain dari program administrasi upah dan gaji (cara pemberian upah, struktur upah, sistem pengupahan, jaminan tenaga kerja misalnya asuransi).

Agar perkembangan prestasi karyawan dapat ketahui maka perlu dilakukan penilaian terhadap prestasi dan kemajuan terhadap setiap karyawan dan bila perlu diberikan penghargaan bagi yang berprestasi di atas rata-rata. Metode ini sering dijadikan dasar untuk kenaikan gaji sebagai tanda memberikan penghargaan kepada karyawan.

Jika digunakan satu manajemen yang efektif, maka pemberian penghargaan di dasari atas beberapa faktor dibawah ini :

  1. Jumlah dan kualitas pekerjaan yang dilakukan,
  2. Penerapan kerjasama,
  3. Inisiatif,
  4. Ketergantungan,
  5. Kehadiran,
  6. Pengetahuan tentang pekerjaan yang ditangani,
  7. Kemampuan melakukan kerjasama dengan pihak lain,
  8. Keamanan, dan
  9. Kepribadian.

 

Pertanyaan untuk didiskusikan :

  1. 1.            Sebutkan fungsi-fungsi personalia dalam manajemen personalia di bid. Agribisnis,
  2. 2.            Jelaskan prosedur terbaik memilih tenaga kerja di bidang agribisnis.
  3. 3.            Jelaskan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelatihan dan pengembangan karyawan agar menjkadi karyawan yang produktif dalam manajemen personalia.

 

BAB X

AGRIBISNIS PERTANIAN LAHAN KERING

DI PROPINSI NUSA TENGGARA TIMUR

Setelah mempelajari meteri ini mahasiswa diharapkan dapat :

  1. 1.      Mengetahui gambaran potensi agribisnis pertanian lahan kering sebagai kondisi khas di Nusa Tenggara Timur (NTT).
  2. 2.      Mengetahui tantangan, kendala dan harapan pengembangan agribisnis pertanian lahan kering di NTT.

 

BAB X

AGRIBISNIS PERTANIAN LAHAN KERING

DI PROPINSI NUSA TENGGARA TIMUR

  1. 1.      PENGANTAR

Sektor pertanian di Nusa Tenggara Timur (NTT) adalah merupakan sektor yang terandal terutama masih memegang peranan strategis sebagai penyedia pangan bagi penduduk pedesaan dan lapangan kerja. Mengingat kemampuan dan potensi lahan serta sebagian besar penduduk NTT (62,58%) bekerja sebagai petani (BPS Propinsi NTT, 1998) dan menggantungkan kehidupannya dari usaha pertanian, maka sektor ini diharapkan dapat menopang pertumbuhan industri dalam negeri dan eksport, beberapa dalam pemerataan, pertumbuhan dan dinamika pedesaan serta mampu bersaing di pasar bebas.

Pertumbuhan sektor pertanian pada tahun 1997 adalah 7,89% lebih besar dibandingkan dengan 3,72% pada tahun 1995 – 1996. kontribusi dari sektor pertanian terhadap Produk Domestik Regional (PDRB) NTT adalah 38,80% pada tahun 1997. penyerapan tenaga kerja oleh sektor pertanian di NTT adalah 71,35% (BPS  Propinsi NTT, 1998).

Walaupun sektor pertanian memainkan peranan yang cukup penting dalam perekonomian di propinsi NTT, sektor ini mempunyai beberapa permasalahan terutama dalam upaya pengembangan agribisnis dan agroindustri yakni terciptanya sektor industri yang mampu yang didukung oleh sektor pertanian yang tangguh.

Data statistik propinsi NTT (1998) menggambarkan bahwa petani-petani di daerah lahan kering ini mempunyai pendapatan yang rendah, sumber pendapatan terbatas, produksi dan harga produk pertanian yang rendah, nilai tambah produk-produk pertanian rendah dan posisi rebut tawar (bergaining position) yang lemah.

 

Mengacu pada kriteria pertanian lahan kering dan permasalahan di atas, maka pembangunan pertanian di NTT di masa datang hendaknya ditujukan untuk meningkatkan pendapatan petani melalui usaha pengembangan agribisnis dalam rangka penciptaan nilai tambah produk-produk pertanian yang cukup tinggi, perluasan basis ekonomi pedesaan dan memperkuat posisi rebut tawar petani sebagai produsen produk-produk pertanian.

 

 

  1. 2.      POTENSI PERTANIAN LAHAN KERING DI NTT
  2. Keadaan Geografis dan Penduduk

Luas daratan Propinsi Nusa Tenggara Timur adalah 47.349,9 km2. propinsi ini terletak diantara 80 – 120 LS dan 1180 – 1250 BT, dan terdiri dari 12 13 Kabupaten dan 1 Kota Madya. Keadaan topografi besar berbukit dan bergunung dan hanya sebagian kecil yang merupakan daratan rendah.

Menijau kondisi sumber daya alam di NTT, maka sebagian besar wilayah merupakan daerah berbatu dengan batuan induk banyak berasal dari kapur dengan bahan endapan tua atau vulkanis. Jenis tanahnya didominasi oleh jenis kompleks, mediteran, andosol, regosol dan grumosol.

Dikaitkan dengan kondisi iklim yang ada, maka NTT mempunyai iklim monson yang langsung dipengaruhi oleh iklim kering di benua Austrilia. Menurut penyebaran arah hujan dapat dikatakan bahwa pulau Flores lebih banyak mendapat curah hujan (1000 – 3600 mm per tahun) terutama di bagian Barat (ngada, manggarai dan Ende). Sedangkan di bagian Timur Flores mempunyai curah hujan 1000 – 1600 mm per tahun. Pulau Timor dan pulau-pulau kecil sekitarnya curah hujan berkisar antara 1000 – 1600 mm per tahun, untuk bagian Utara dan Barat, sedangkan di pantai Selatan sampai ke pulau Rote berkisar antara 1700 – 2000 mm per tahun. Pulau Sumba merupakan daerah terkering di NTT dengan curah hujan di bawah 1000 mm per tahun (khususnya Sumba Timur). Sedangkan bagian Baratnya mempunyai hujan berkisar antara 1600 – 1700 mm per tahun.

Jumlah penduduk di NTT pada tahun 1997 adalah 3.577.053 jiwa atau 693.073 Kepala Keluarga (KK). Dari jumlah KK tersebut, KK petani (penduduk yang bekerja di bidang pertanian adalah 430.945 KK dan non petani adalah 264.128 KK (BPS propinsi NTT, 1997).

Secara keseluruhan 1/3 dari jumlah petani di NTT adalah dikategorikan petani gurem (luas lahan < 0,5% ha). Dengan kondisi ini dan keadaan yang tidak ditunjang oleh kemampuan dan fasilitas yang tidak memadai menyebabkan sebagian besar rakyat di NTT masih berada di bawah garis kemiskinan. Penduduk miskin di NTT adalah 21,84% lebih besar jika dibandingkan dengan 13,76% penduduk miskin secara nasional.

Salah satu kebijaksanaan untuk mengentaskan penduduk dari kemiskinan di NTT adalah dengan jalan mengambangkan usaha pertanian terpadu.

Dilihat dari letak goegrafis, keadaan klimatologis, topografi dan penduduk, maka wilayah NTT dikategori ke dalam daerah agraris/pertanian yang cukup potensial untuk pengembangan agribisnis dan agroindustri.

 

  1. Keadaan Usahatani dan Agribisnis Pertanian Lahan Kering di NTT.

Keadaan usahatani dan agribisnis yang digambarkan pada sub bagian ini meliputi luas panen, jumlah produksi dan tingkat pengolahan hasil-hasil yang ada pada sub sektor pertanian tanaman pangan, sub sektor perkebunan dan hortikultura. Daata ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran tentang komoditas dominan dan andalan NTT serta tentang perkembangan agribisnis pertanian lahan kering di NTT.

 

  1. Tanaman Pangan

Di Nusa Tenggara Timur, upaya pemerintah dalam meningkatkan produksi pangan untuk pemenuhan kebutuhan rakyat, seperti halnya propinsi lain dilakukan melalui program intensifikasi, ekstensifkasi, diversifikasi dan rehabilitas tanaman yang dilaksanakan secara terpadu dan berkeseimbangan di masing-masing kabupaten.

Hasil survei pertanian tanaman pangan 1997 mengungkapkan bahwa dari wilayah Nusa Tenggara Timur seluas 4.734.990 hektar, hanya 150.248 hektar atau sekitar 3,1% yang merupakan tanah sawah. Ini berarti terjadi penambahan sekitar 3,121 hektar dari luas tanah sawah tahun 1996 yaitu 147.127 hektar (BPS Propinsi NTT, 1998).

Dari data statistik yang ada terlihat bahwa Kabupaten yang memiliki tanah sawah terluas adalah Manggarai 32.804 hektar (21,83%), kupang 32.005 hektar (21,30%), Sumba Timur 21.252 hektar (14,14%), dan Sumba Barat 20.940 hektar (13,94%) dari seluruh luas tanah sawah yang ada di NTT. Kabupaten lainnya memilki tanah sawah berkisar antara 1.690 – 5.920 hektar atau antara 1,12% – 5,94%.

Jenis tanaman pangan yang diusahakan di NTT adalah padi (padi sawah dan padi ladang), palawija (jagung, ubi kayu, ubi jalar, karang tanah, kacang kedelai, kacang hijau dan sorgum). Produksi maupun produktivitas dari jenis tanaman pangan tersebut tergantung dari manajemen produksi dan keadaan lahan di mana tanaman dapat tumbuh dan berkembang. Tabel berikut ini memberikan perkembangan produksi dan luas panen dari tiap-tiap jenis tanaman tersebut priode 1993-1997.

Dari data produksi tersebut dapat dilihat bahwa potensi pengembangan agribisnis bidang pangan di Nusa Tenggara Timur cukup memadai walaupun produktivitas lahannya masih rendah.

 

 

Tabel 1.  Produksi (ton) dan Luas Panen (hektar) Tanaman Pangan di NTT, Tahun 1993-1997.

Jenis Tanaman

1993

1994

1995

1996

1997

  1. Padi

 

  1. Padi Sawah

 

  1. Padi Ladang

 

  1. Jagung

 

  1. Ubi Kayu

 

  1. Ubi Jalar

 

  1. Kc. Tanah

 

  1. Kedelai

 

  1. Kc. Hijau

 

  1. Sorgum

381915

(143578)

266804

(84981)

115111

(58597)

366347

(206058)

698873

(68677)

82659

(11893)

6284

(7424)

3056

(3264)

16810

(21783)

5782

(7578)

410757

(158032)

266717

(84752)

144040

(73280)

398797

(211901)

803043

(79112)

85152

(12081)

6180

(9810)

5493

(5964)

13588

(17390)

5725

(7784)

419629

(159823)

294629

(93029)

125300

(66794)

416362

(254176)

830240

(81561)

93315

(11955)

8938

(10543)

4108

(5267)

15477

(19676)

6183

(8325)

465534

(176108)

323246

(101657)

142288

(74451)

551855

(252808)

894606

(93720)

82759

(11020)

10164

(10914)

4296

(5149)

17414

(21637)

6473

(9105)

463154

(175490)

314451

(99071)

148703

(76419)

557457

(250460)

922383

(96050)

81145

(11105)

10054

(10685)

4452

(5249)

14505

(19446)

6636

(68963)

Sumber data Statistik Dinas Tanaman Pangan Propinsi NTT, 1998

Catatan Angka dalam kurung adalah luas panen

 

 

  1. Perkebunan

Sub sektor perkebunan di NTT yang meliputi perkebunan besar dan perkebunan rakyat sampai tahun 1997 terhitung masih kecil kontribusinya terhadap sektor pertanian. (Sumbangan sektor pertanian terhadap PDRB NTT adalah 38,53% yang terdiri dari tanaman pangan 22,10%, perkebunan 3,78%, peternakan dan perikanan 12,17% dan kehutanan 0,47%.

Sub sektor perkebunan ini dapat memenuhi bahan baku bagi industri seperti komoditi kopi, kelapa, cenmgkeh, kakao dan sebagainya. Perkembangan produksi dari tanaman-tanaman tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.

 

Tabel 2. Produksi (ton) dan Luas panen (ha) dari Tanaman Kopi, Kelapa dan Cenghkeh serta Tingkat Perkembangan Produksi Tahun 1993-1997.

Komoditi

1993

1994

1995

1996

1997

Rata-Rata Perubahan Per Tahun

Kopi

 

Kelapa

 

Cengkeh

12205

(49747)

49990

(164275)

470

(10894)

1235

(50212)

50491

(165854)

475

(10998)

11551

(51975)

50481

(167246)

572

(10684)

11812

(51114)

51849

(165402)

763,9

(4057)

11930

(54007)

52368

(167056)

771,5

(11167)

-0,51

(1,91)

1,17

(0,54)

14,05

(0,59)

Sumber      : Data Statistik Dinas Tanaman Pangan Propinsi NTT 1998.

Catatan      : Angka dalam kurung adalah luas panen.

                         :  *) Produksi dan luas panen tanaman perkebunan lainnya dapat dilihat pada Lampiran 1.

Tabel 2 di atas menunjukan bahwa produksi tanaman perkebunan di NTT cukup berfluktuasi selama periode 1993-1997. pada tahun 1994 produksi kopi naik sebesar 0,98% kemudian pada tahun 1995 mengalami penurunan sebesar 6,28%, sedangkan pada tahun 1996 dan 1997meningkat masing-masing 2, 26% dan 1,00%. Selama lima tahun terakhir produksi kopi dan Alor terus meningkat masing-masing sebesar 0,58% dan 4,30% tiap tahunnya. Sedangkan produksi kopi di dataran Timor dan Flores pada tahun 1995 dan 1996 melangalami penurunan masing-masing sebesar 3,80% dan 0,63%. Sedangkan keseluruhan produksi kopi di NTT menurun sebesar 0,51% selama peroide 1993-1997, sedangkan luas panennya meningkat sebesar 1,91.

Selain kopi, kelapa juga merupakan tanaman perkebunan rakyat yang banyak diusahakan masyarakat petani di Nusa Tenggara Timur. Produksi kelapa lima tahun terakhir, 1993-1997, mengalami kenaikan rata-rata 1,27% per tahun. Kenaikan tersebut disebabkan oleh adanya kenaikan produksi kelapa di daratan Sumba 3,15% per tahun, di daratan Timor 1,00%, pulau Alor 0,71% dan daratan Flores 0,87% per tahun.

Produksi cengkeh selama periode 1993-1997 mengalami kenaikan rata-rata 14,01% per tahun. Kenaikan tertinggi di daratan Sumba yaitu terbesar 31,13% per tahun, sedangkan di daratan Alor tidak mengalami kenaikan produksi. Walupun jumlah tanaman cengkeh ini tidak terlalu banyak seperti halnya kopi dan kelapa, namun produksinya menunjukan perkembangan yang cukup tinggi.

Keadaan produksi tanaman perkebunan lainnya dapat di lihat pada Lampiran 1.

 

  1. Hortikultura

Di samping padi dan palawija di atas, tanaman hortikultura yang terdiri dari sayur-sayuran dan buah-buahan juga merupakan komoditi penting di NTT. Jenis komoditi ini mempunyai kandungan bermacam-macam vitamin yang berguna bagi pertubuhan dan perkembangan serta peningkatan daya tahan tubuh manusia (Wirakusumah, 1996).

Keadaan produksi dan perkembangannya, produksi sayur-sayuran dan buah-buahan selama periode 1993-1997 dapat dilihat pada lampiran 2. Selama periode tersebut produksi sayur-sayuran meningkat rata-rata 16,44% per tahun. Kenaikan tersebut hampir terjadi pada semua jenis sayur-sayuran yang mencolok kenakan produksinya adalah buncis yaitu 48,47% per tahun. Sebaliknya penurunan yang paling besar adalah produksi bawang merah yaitu 10,60% per tahun.

Selama halnya produksi sayuran, maka produksi buah-buahan di NTT pada lima tahun terakhir 1993-1997 juga menunjukan kenaikan yang cukup menggembirakan yaitu sebesar 64,71% per tahun. Jenis buah-buahan yang produksinya meningkat cukup tajam yaitu salak sebesar 263,50%; dan pepaya 58,57% per tahun. Jenis buah-buahan lainya meningkat berkisar antara 5,87% – 45,03% per tahun. Lebih rinci mengenai perkembangan produksi buah-buahan periode 1993-1997 dapat dilihat pada Lampiran 2.

 

  1. C.    Tingkat Pengolahan Hasil-Hasil Pertanian Lahan Kering di NTT

Pendekatan sistem agribisnis telah dilakukan di PEMDA NTT sejak pelita VI yang lalu sebagai salah satu pendekatan utama (dari dua pendekatan lainnya: pendekatan pembangunan pertanian dan pedesaan yang terpadu dan berkelanjutan; dan pendekatan basis sumber daya pertanian) untuk mencapai pembangunan pertanian di daerah ini (BAPPEDA TK I NTT, 1997).

Sistem agribisnis menerapkan suatu sistem yang terdiri dari 1) sub sistem pengadaan dan penyaluran sarana produksi, teknologi dan pembangunan sumber daya pertanian, 2) sub sistem produksi pertanian atau usahatani; 3) sub sistem pengolahan hasil pertanian (agroindustri); dan 4) sub sistem distribusi hasil-hasil pertanian (Soekartawi, 1993). Sistem agribisnis ini merupakan suatu kegiatan yang saling ketergantungan dan berkisinambungan dari hulu ke hilir.

Komponen pengolahan hasil pertanian menjadi penting karena 1) meningkatkan nilai tambah, 2) meningkatkan nilai kualitas hasil, 3) meninghkatkan penerapan tenaga kerja, 4) meningkatkan ketrampilan produsen, dan 5) meningkatkan pendapatan produsen. Data statistik menunjukkan bahwa tingkat pengolahan hasil-hasil pertanian di NTT masih berada pada tahap awal. Proses nilai tambah yang terjadi lebih banyak disebabkan oleh proses perubahan tempat sedangkan proses perubahan bentuk yang mempunyai potensi besar dalam proses penciptaan nilai tambah terhadap produk-produk pertanian masih belum memadai penganannya (Kanwil Perdagangan NTT, 1998).

Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa perkembangan agribisnis dan agroindustri di daerah ini masih merupakan tahap permulaan yang membutuhkan perhatian yang serius dari berbagai instasi terkait. Perkembangan jenis unit usaha industri pertanian di NTT dapat dilihat pada Lampiran 3.

 


  1. 3.      TANTANGAN, KENDALA DAN HARAPAN PENGEMBANGAN AGRIBISNIS PERTANIAN LAHAN KERING DI NTT
    1. 1.      TANTANGAN

Tantangan yang dihadapi dalam pengembangan pendekatan sistem agribisnis di NTT antara lain:

  1. Rendahnya daya saing komoditas pertanian yang diakibatkan oleh mutunya yang rendah.
  2. Rendahnya produktivitas lahan dan tenaga kerja serta kurangnya kesempatan kerja di sektor pertanian.
  3. Tingkat pendidikan dan ketrampilan tenaga kerja di sektor pertanian yang rendah dan perluasan usaha pertanian masih berskala kecil.
  4. Menuju industrialisasi di sektor pertanian, sebagai upaya meningkatkan nilai tambah komoditas pertanian namun skala usahatani yang ekonomis dan efisien belum memadai.

 

  1. 2.      Kendala

Kendala yang dihadapi dalam pengembangan agribisnis di NTT adalah:

  1. Investasi di sektor ini berjalan lambat dan teknologi yang digunakan masih didominasi oleh teknologi rendah dan tradisional.
  2. Lambatnya penciptaan kesempatan kerja di sektor agroindustri karena karena sifatnya padat modaal dan ketrampilan.
  3. Persaingan yang semakin ketat dalam pemanfaatan sumber daya air antara penggunaan industri, pertanian dan rumah tangga.
  4. Kemampuan pemilik/penguasa lahan yang semakin terbatas.
  5. Suplay produk-produk pertanian yang bersifat musiman.
  6. Rendahnya penguasaan IPTEK pada proses produksi dan pasca panen.
  7. Belum optimumnya perkembangannya di daerah pedesaan yang belum memadai.

 

  1. 3.      Harapan

Walaupun pembangunan ekonomi akan mengalami perubahan struktural, dari pembangunan yang berbasis pada sektor pertanian ke pembangunan yang berbasis pada sektor industri, namun perkiraan sekotr agribisnis masih memainkan peranan penting dalam pertumbuhan ekonomi NTT. Prediksi ini berdasarkan pertimbangan pada beberapa hal sebagai berikut:

  1. sektor industri yang akan berkembang adalah industri yang mendapat dukungan/pasokan bahan baku yang mantap, maka industri yang lebih tepat untuk dikembangkan adalah industri pengolahan hasil-hasil pertanian (agroindustri).
  2. Jika sektor efesiensi dalam global dituntut, maka komoditi yang dipandang masih dapat bersaing untuk menjadi komoditi andalan adalah komoditi pertanian.
  3. Biagian terbesar penduduk NTT (70%) masih berada pada daerah pedesaan yang bermata pencaharian di sektor pertanian, maka diperkirakan selama PJP II pada sektor inilah (budidaya) yang merupakan sub sistem agribisnis yang masih akan memberikan kontribusi besar dalam pembentukan PDRB NTT (Benu, 1997).
  4. Berbagai potensi ekonomi yang secara indikatif belum termanfaatkan antara lain:
    1. Kesenjangan antara produktivitas rill dengan produktivitas potensial berbagai komoditi pertanian.
    2. Sumber daya lahan yang belum digali dan belum dimanfaatkan secara optimal.
    3. Kehilangan hasil dan kerusakan panen yang masih relatif tinggi.
    4. Terdapatnya komoditas pertanian yang mempunyai keunggulan koparatif dan mempunyai prospek pasar domestik dan eksport.
    5. Terbentuknya 16 kawasan sentra pengembangan agribisnis pertanian terpadu dan berkelanjutan di NTT sejak pelita VI (BAPPEDA TK. I NTT, 1997).

Dengan memperhatikan peluang pengembangan agribisnis yang menjanjikan ini, maka diharapkan bahwa sektor agribisnis merupakan leading sektor bagi pertumbuhan ekonomi dan kesempatan kerja bagi daerah pedesaan di masa yang akan datang.

Perkembangan aagribnisnis ini masih memerlukan pembangunan dan rehabilitas prasarana daerah pedesaan seperti irigasi, jalan desa, listrik, air minum, alat komonikasi serta kelembagaan pendukung (perbangkan, pemasaran, lembaga pendidikan dan pelatihan).

 


  1. 4.      PENUTUP

Dari uraian terdahulu diambil beberapa catatan penting, yakni:

  1. Propinsi Nusa tenggara Timur mempunyai potensi pertanian lahan kering yang kuat untuk mendukung pengembangan agribisnis terutama pengembangan sub sektor tanaman pangan, perkebunan dan hortikultura pada basis proses produksi, distribusi dan pengolahan hasil-hasil pertanian.
  2. Perekembangan agribisnis di daerah NTT selama ini berjalan tidak terlalu cepat dan sekarang masih berada pada tahap permulaan terutama sub sektor agroindustri. Upaya pengembangannya di masa datang perlu memperhatikan tentangan dan kendala yang ada. Peluang investor untuk menanamkan investasinya di daerah NTT masih terbuka lebar. Hal ini sangat didukung oleh potensi sumber daya lama yang ada.
  3. pengembangan kurikulum pendidikan agribisnis di Faperta Undana Kupang memelukan pengkajian, analisis dan penilaian terhadap kebutuhan agribisnis pertanian lahan kering khas NTT terutama bagi komoditi andalannya.

 

 

DAFTAR PUSTAKA

BAPPEDA TK. I NTT. 1997. Kebijaksanaan Pembangunan Pertanian Repelita VII Di Propinsi Nusa Tengga Timur, Repelita VII, NTT.

Benu, F.L. 1997. Arah dan strategi Pengembangan Agribisnis Di Propinsi Nusa Tenggara Timur, Lembaga Vol. 4 (2), Agustus 1997.

BPS Propinsi NTT, 1997. Nusa Tenggara Timur Dalam Angka, 1997, Kupang.

BPS Propinsi NTT, 1998. Statistik Pertanian Propinsi Nusa Tenggara Timur, 1993-1997, kantor Statistik Propinsi Nusa Tenggara Timur.

Dinas Pertanian Tanaman pangan Propinsi NTT, 1998. Statistik Pertanian NTT, 1993-1997. Kupang.

Dinas Perkebunan daerah Tk. I NTT, 1998. Statistik Pertanian NTT, 1993-1997, Kupang.

Faperta Undana Kupang, 1997. Katalog Fakultas Pertanian Universitas Nusa Cendana Kupang.

Kantor Perdagangan NTT, 1998. Statistik Industri Pertanian Propinsi Nusa Tenggara Timur, 1994 dan 1997. Kanwil Perdagangan, NTT.

Soekartawi, 1993. Agribisnis: Teori dan Aplikasi, PT. Sja Grafindo Persada, Jakarta.

Susilo Yuwono, 1996. Memanfaatkan Peluang Agribisnis Minyak Kelapa. Agribisnis Minyak Goreng, Media Komunikasi dan Informasi pangan, VII (28), 1996: hal. 19-23.

Wirakusumah, E.S. 1996. Juice Biah dan Sayur suatu Alternatif Pengganti Soft Drink, Media komunikasi dan Informasi Pangan, VII (26), 1996: hal. 49-60.

 

 

 

 

 

BAB VI. PERANAN MANAJEMEN DALAM AGRIBISNIS

Setelah mempelajari materi ini mahasiswa diharapkan mampu :

  1. 1.      Menjelaskan Definisi dan unsure-unsur agribisnis.
  2. 2.      Menjelaskan Ciri khas manajemen agribisnis.
  3. 3.      Menjelaskan langkah-langkah dalam proses manajemen.
  4. 4.      Menjelaskan Aspek-aspek yang diperlukan dalam manajemen agribisnis.

 

 

Leave a comment